HARI BUKU NASIONAL 2024: YUK, TINGKATKAN MINAT BACA DEMI GENERASI EMAS 2045

Pertama-tama, gue ucapin selamat memperingati Hari Buku Nasional kepada para insan kreatif yang gemar membaca buku, menulis buku, dan juga memiliki profesi yang berkaitan erat dengan proses penciptaan buku. Ini adalah hari perayaan bagi kita semua sekaligus juga momen refleksi diri. Refleksi diri yang gue maksud di sini adalah refleksi bangsa kita secara total dan keseluruhan mengenai capaian dari waktu ke waktu yang berkaitan dengan dunia literasi baca masyarakatnya.

Gue dapet beberapa informasi yang cukup membagongkan dan membuat miris hati terkait dengan minat baca di negara kita tercinta. Pertama, data dari UNESCO yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia cuma 0,001%. Ini kan artinya dari setiap 1.000 orang Indonesia, cuma 1 yang bener-bener memiliki minat baca yang tinggi. Penduduk Indonesia per tahun 2024 ada 279.390.258 jiwa, berarti cuma 279.390 orang kira-kira yang memang dari sananya memiliki minat baca yang tinggi. What happen?

Awalnya gue enggak mau percaya begitu aja, tapi ternyata banyak juga orang-orang di sekitar gue yang mengaku dirinya sebagai pegiat literasi, suka menulis, punya puluhan karya, nyatanya mengakui bahwa mereka enggak suka membaca buku. Gimana enggak kayang coba saking kagetnya? Ilmu dan wawasan memang bisa didapat dari berbagai media, salah satu yang paling utama adalah buku. Untuk mengekstrak ilmu dari suatu buku, tentunya kita wajib suka membaca dulu. Nah, bagaimana dengan penulis yang tidak suka membaca? Kira-kira bakal seperti apa ya hasil tulisan atau karya-karya mereka? Gue berani bertaruh bahwa penulis yang tidak memiliki minat baca itu nyaris mustahil untuk bisa menghasilkan karya-karya berkualitas.

Guys, membaca buku itu ada banyak banget manfaatnya loh, terutama dalam menjaga keoptimalan kinerja otak yang kita punya. Proses ekstraksi ilmu dan wawasan dari buku mendorong otak untuk berolahraga secara maksimal, menempa daya nalar dan kemampuan imajinasi hingga meningkatkan pola pikir logis, sistematis, dan juga kritis, tapi kritis yang beralasan dan hasil dari pemahaman mendalam, bukan yang asal menghujat tanpa tahu musababnya. Jarang atau bahkan tidak pernah membaca buku akan menjadikan otak kita tumpul dan lambat mencerna suatu informasi. Alhasil, untuk dapat mengerti suatu hal, kita menuntut segalanya disajikan dengan gaya bahasa yang sederhana. Kalau sudah begitu, bagaimana mau berkembang, kan?

Fenomena minat baca rendah ini membuat gue makin percaya sama pepatah "tong kosong nyaring bunyinya" yang tecermin dari tingkah laku sebagian besar warganet yang gemar menghujat habis-habisan seseorang tanpa mau mencari tahu lebih dalam pokok bahasan atau masalahnya. Bukti lainnya adalah begitu banyaknya orang yang anti-kritik, merasa benar sendiri, dan gemar beradu argumen tentang sesuatu yang sebenarnya belum menjadi bidang keahliannya. Makin tidak tahu, makin tidak ingin disalahkan. Alih-alih meminta maaf dan menerima masukan, lebih memilih pasang badan mempertahankan argumen kosong yang terdengar konyol di mata mereka yang benar-benar paham. Sampai sini bisa gue simpulkan bahwa minat baca rendah ternyata berkontribusi juga dalam membentuk pribadi manusia yang tidak tahu malu dan niradab.

Pemerintah Indonesia kan katanya punya cita-cita menciptakan Generasi Emas 2045. Nah, menurut gue hal pertama yang harus benar-benar diperhatikan dalam mewujudkan cita-cita itu adalah cara-cara kreatif untuk meningkatkan minat baca generasi yang akan datang, bukan sekadar makan gratis. Ingat, perut yang penuh dan kenyang bukan berarti tanda kesejahteraan karena bisa juga setelahnya malah membuat kita jadi mudah mengantuk dan akhirnya memilih untuk bermalas-malasan.

Mungkin beberapa pandangan gue berikut ini bakal berkesan normatif dan biasa aja, tapi enggak ada salahnya juga buat dicoba. Siapa tahu jika kita mulai menerapkan ini dengan serius kepada generasi di bawah kita sekarang, ke depannya akan menghasilkan bibit-bibit generasi emas yang dicita-citakan itu.

1. Program Buku Gratis

Orang Indonesia suka gratisan. Mau kaya ataupun miskin, orang Indonesia senang yang gratisan. Maka untuk meningkatkan minat baca, yang pertama bisa dilakukan alih-alih kasih makan gratis adalah kasih buku bermutu secara gratis. Salah satu genre buku nonfiksi yang paling gue suka baca adalah buku-buku self-improvement. Buku-buku kayak begini biasanya akan mengajak kita untuk berpikir, mengenal diri lebih dalam, dan menanamkan mindset hidup yang positif. Tentunya makin banyak buku jenis ini yang kita baca, kita bisa benar-benar terinspirasi untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Nah, sayangnya, bukan rahasia lagi bahwa buku-buku self-improvement yang bagus itu biasanya MAHAL. Di sinilah menurut gue peran pemerintah dibutuhkan.

Mungkin bisa dalam bentuk subsidi buku bagi pelajar, yang belakangan sebenarnya sudah terlaksana lewat program KIP (Kartu Indonesia Pintar), hanya saja yang saya maksudkan di sini, alih-alih membebaskan pelajar memilah bukunya sendiri, berikan arahan atau rekomendasi buku-buku yang sebaiknya dibaca oleh mereka. Lebih bagus lagi jika dikasih secara cuma-cuma karena mau tak mau buku itu pasti sampai ke tangan mereka dan tinggal menunggu waktu sampai mereka benar-benar membacanya. Namun, pastikan buku yang diberikan benar-benar buku rekomendasi terbaik yang berkualitas dan bermanfaat ya, bukan buku bikinan Mendikbud sendiri yang diada-adakan dengan tujuan cari cuan terselubung. Bisa banget berkolaborasi dengan penulis-penulis terbaik bangsa dengan membuka sayembara atau forum diskusi nasional.

2. Buatlah Jadwal Khusus Membaca Buku di Sekolah

Bisa dimulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan sederajat. Gambaran yang gue bayangkan itu seperti ini: sekolah menetapkan jadwal di mana para siswa harus meluangkan waktunya untuk membaca buku. Bukan hanya membaca, tetapi siswa juga diberi tugas untuk menulis ikhtisar dari apa yang dibacanya menggunakan kata-kata mereka sendiri. Bukunya bisa diperoleh dari perpustakaan atau dengan cara tukar pinjam buku bersama teman-teman di kelasnya.

Awalnya mungkin akan terasa menyebalkan bagi mereka yang pada dasarnya tidak suka baca buku. Namun, kegiatan seperti ini jika dibangun, lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan. Ketika mereka masing-masing menemukan buku yang menarik, rasa penasaran terhadap buku-buku lainnya pun akan meningkat. Tugas membuat ikhtisar adalah bentuk "pemaksaan" positif untuk mengukur sejauh mana siswa benar-benar membaca dan memahami isinya. Untuk metode bacanya tidak perlu dikejar harus satu buku selesai, bisa juga dengan menerapkan sistem membaca satu atau dua bab saja setiap kali bertemu jadwalnya. Nah, ketika satu buku selesai dibaca, mintalah siswa untuk meresensinya, seperti menjelaskan isi buku, kelebihan, dan kekurangannya. Ini akan meningkatkan daya berpikir kritis mereka.

3. Mulailah dari Diri Sendiri

Tidak ada generasi baru yang bakal berkembang jadi lebih baik tanpa ada pemicu awalnya di generasi sekarang. Minimal bagi kita-kita yang sudah menyadari betapa pentingnya minat baca dalam hal pengembangan kualitas sumber daya manusia di masa depan, kita bisa mulai menanamkan minat baca itu dari diri kita sendiri. Sebagian dari kita pastinya ada yang berprofesi sebagai guru, dan saat ini tidak semua guru memiliki minat baca yang tinggi. Maka mulailah tingkatkan minat tersebut dan tularkan kepada murid-murid kalian di sekolah.

Gue bukannya anti terhadap sosial media jenis apa pun. Buktinya gue ngeblog dan nulis di beberapa platform online. Namun, yang perlu disoroti di sini adalah upaya untuk lebih bisa memanajemen waktu dengan lebih efektif. Jadi, tidak hanya fokus bermedia sosial yang sering kali melenakan tanpa tujuan yang jelas, tetapi beri waktu luang setiap harinya untuk menjaga jarak dari ponsel pintar kita dan duduk manis sambil membaca buku sungguhan.

Jika aktivitas membaca buku sendirian itu terasa begitu menjemukan, cobalah untuk mencari komunitas membaca di kotamu. Kalian juga bisa mendatangi perpustakaan kota, sekadar mencari suasana yang lebih mendukung, pilihan bacaan yang lebih banyak dan beragam, dan bonusnya tentu saja membuka jaringan persahabatan dengan sesama penikmat buku.

Sekali lagi gue ucapkan selamat memperingati Hari Buku Nasional 17 Mei. Semoga cita-cita bangsa yang mulia untuk mewujudkan generasi emas di tahun 2045 bisa lancar terlaksana. Sampai di sini dulu tulisan gue kali ini. Sampai ketemu di tulisan-tulisan gue lainnya.

2 comments:

  1. Salam kenal kak Glen

    Sebagai pembaca, ijinkan saya berkomentar

    Menurut saya, generasi Z dan generasi alpha (jika tidak salah sebut) lebih tertarik dengan konten audio visual daripada buku karena lebih menarik dan informatif sehingga mudah dipahami materi yang disampaikan oleh konten tersebut

    Sebagai milenial pun, saya lebih tertarik dengan komik karena ada gambarnya. Pada saat saya kecil dan remaja banyak komik yang mengajarkan pelajaran sekolah seperti komik Doraemon seri berhitung. Sayang sekali komik komik tersebut agak sulit ditemui sekarang, sekalipun dalam kondisi bekas.

    Adapun solusi supaya minat membaca naik, saya ada ide, supaya ada dana untuk menyewa influencer yang memiliki banyak follower untuk membuat konten yang membuat membaca itu terlihat keren. Kalau perlu ada giveaway dalam bentuk buku dari influencer tersebut. Tentunya buku yang baik isinya.

    Supaya buku bukunya beneran dibaca, ide saya adalah harus ada lomba review buku yang hadiahnya menarik. Misalnya berhadiah skin mobile legend ekslusif atau apapun yang kiranya disukai adik adik gen Z dan gen Alpha.

    Kemudian mengenai bentuk buku, saya mengusulkan agar buku buku terbaru lebih baik dibuat format digital saja, seperti buku yang dijual di Google Books.

    Kelebihannya adalah menghemat ongkos cetak, lebih mudah disimpan dan di baca dimanapun (asal ada gawai yang mendukung), dan tidak makan tempat.

    Sekian komentar saya, mohon maaf bila kurang berkenan dan ada bahasa dan tanda baca yang kurang tepat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir dan membaca, Bang Felix. Masukannya sungguh bagus sekali. Mungkin bisa juga diperbanyak konten-konten audio book resmi ya, disertai visual yang asyik bekerja sama dengan desainer grafis dan ilustrator.

      Delete

Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah setia mengunjungi blog Creative Talks dan membaca tulisan ini hingga tuntas. Silakan tinggalkan komentar dalam bentuk apa pun sambil tetap menjaga etika sesuai norma umum yang berlaku.

Powered by Blogger.